"Khusus menyangkut analogi, penafsiran dan hal-hal lain yang terkait, memang ... tidak mudah menemukan bahan-bahan pustaka yang membahas hingga praktiknya. Oleh karena itu, buku ini menjadi penting." - Prof. Dr. Topo Santoso, S.H., M.H.
Soal satu dan lain hal
Wednesday, June 2, 2021
Informasi Pemesanan Buku "Penerapan Analogi dalam Hukum Pidana Indonesia" oleh Dion Valerian
Wednesday, August 26, 2020
Literatur yang Merintis Jalan: Buku-buku Hukum Pidana Pertama di Indonesia Merdeka
*sebelumnya diterbitkan di bahasan.id
Pendahuluan
Mr. Drs. Ernst Utrecht, yuris yang menulis banyak buku pengantar penting di bidang ilmu hukum itu, dalam Kata Pendahuluan buku Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I (terbit pertama kali tahun 1958) menjelaskan bahwa latar belakang penulisan buku tersebut adalah karena “… dalam bahasa nasional kita belum ada buku pelajaran hukum pidana yang ditulis oleh seorang pengajar aktif di kalangan universitas”. Secara tersirat, Utrecht mengakui keberadaan beberapa buku berbahasa Indonesia tentang asas-asas hukum pidana yang telah terbit sebelum 1958, yang ditulis oleh yuris-yuris non-pengajar aktif universitas. Memang, di dalam buku yang sama, di bawah topik Perpustakaan Hukum Pidana di Indonesia, Utrecht membuat daftar beberapa buku tentang asas-asas hukum pidana Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie) dan Indonesia yang ditulis oleh yuris Indonesia maupun yuris Belanda.
Artikel ini akan menelusuri riwayat buku-buku tentang asas-asas hukum pidana Indonesia yang ditulis dalam bahasa Indonesia pasca Proklamasi 1945, beserta ulasan ringkas mengenai profil penulisnya. Literatur-literatur tersebut memiliki peran historis yang amat penting, tidak saja sebagai penanda kerja-kerja awal intelektual hukum Indonesia, namun juga dalam merintis jalan bagi khazanah keilmuan hukum pidana Indonesia.
Buku-buku Pertama tentang Asas-asas Hukum Pidana Indonesia
Dalam daftar Utrecht, terdapat empat literatur tentang asas-asas hukum pidana yang dipandang sebagai pustaka-pustaka paling awal tentang hukum pidana Indonesia, yaitu karya Karni, Tirtaamidjaja, van Schravendijk, dan Moeljatno. Artikel ini hanya akan membahas buku-buku dari tiga penulis pertama, sementara tulisan Moeljatno yang dipublikasikan dalam bentuk artikel majalah berjudul “Usul tentang Naskah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam Bahasa Indonesia” (Hukum, 1954. 1, hlm. 3-20) tidak dibahas lebih lanjut. Daftar ketiga buku itu akan penulis tambahkan dengan buku Utrecht sendiri dan buku R. Tresna. Berikut adalah daftar tersebut diurutkan dari yang paling awal hingga yang paling akhir terbit:
Sunday, August 18, 2019
Soal Intelektualitas dan Integritas: Suatu Perjumpaan
Monday, October 31, 2016
Kehidupan Menurut Manusia Kota dan Manusia Dataran Tortilla
Lagi pula, apa yang tersisa bagi manusia kota yang selalu dihajar rutinitas harian, selain kesempatan untuk mengucap keluhan-keluhan yang semakin hari, semakin bertambah variatif itu?
Indikator keberhasilan yang dikenal oleh manusia kota adalah produktivitas. Manusia kota baru boleh disebut berhasil melalui hari, apabila tugas dan tenggat kerjanya di hari itu dapat ia penuhi seluruhnya. Dengan begitu, pergerakan manusia kota dipatok ke dalam agenda-agenda. Tak boleh ada waktu yang terbuang sia-sia, tak boleh ada waktu luang yang tidak dicokoli agenda. Ketika selesai dari satu agenda, agenda lain telah siap membayang, minta diselesaikan. Pada posisi demikian, kehidupan kota dan agenda-agendanya dapat digambarkan sebagai jejeran sergapan-sergapan; manusia kota tidak pernah betul-betul lolos (dan lulus) dari sergapan demi sergapan tersebut.
Benny Hoed, seorang ahli semiotika, punya penjelasan berkenaan dengan kebiasaan mematok-matok waktu ke dalam agenda-agenda itu. Menurut Hoed, dengan mendasarkan uraiannya pada buku karangan Edward T. Hall, The Dance of Life (1983), kebudayaan yang terobsesi untuk mematok-matok waktu disebut kebudayaan monokronik. Kebudayaan monokronik memandang waktu sebagai benda yang dapat diatur dan diperjualbelikan. Pada masyarakat dengan kebudayaan ini, waktu harus dijadwalkan dengan jelas. Menurut Hoed, “… waktu menjadi material… dijadikan alat untuk memilah urusan mana yang penting dan mana yang tidak”. Akibatnya, “… waktu makin mengindividualkan manusia, mengendurkan ikatan antar-individu dalam masyarakat”. Uraian Hoed sesungguhnya menarik karena menunjukkan bahwa model penggunaan waktu menurut kebudayaan monokronik dapat membawa masyarakat kepada ujung yang ekstrem: keterasingan individu dari masyarakatnya. (Menurut saya, tesis ini tidaklah hiperbolis dan mendramatisasi. Jika mengingat kesendirian kita, para manusia kota, di tengah ramai, riuh, dan gemerlapnya kota, tesis Hoed malah makin mendekati kenyataan).
Wednesday, September 7, 2016
Tentang Penulisan Esai: Pelajaran dari Simulakra Sepakbola
Sejujurnya, saya lebih suka membaca esai-esai Zen tentang sejarah, sastra, filsafat, dan sosial-politik, daripada esai-esainya tentang sepakbola (belakangan, seusai menamatkan Simulakra Sepakbola, saya baru mengetahui bahwa justru esai-esai sepakbola Zen selalu berkaitan dengan perspektif sejarah, sastra, filsafat, dan sosial-politik). Mungkin itu yang membuat saya tak banyak membaca esai-esai Zen di Pandit Football. Tadinya, saya berasumsi bahwa esai-esai Zen yang bukan-tentang-sepakbola lebih dapat saya akses dan pahami, sebab konteks narasinya lebih terbuka dan mondial; tidak seperti esai-esai tentang-sepakbola, suatu tema spesifik yang tak saya kuasai. Tentang sepakbola itu, saya sadar bahwa saya tidak paham konteks; tak tahu-menahu tentang pemain A, klub C, taktik permainan H, atau sejarah pertandingan K. Prasangka-prasangka tersebut tetap menggelantungi saya saat hendak membeli Simulakra Sepakbola. Tetapi, saya pikir, meskipun temanya tentang sepakbola, penulisnya adalah Zen RS! Karena itu, walau ada kemungkinan saya tak mampu menikmati Simulakra Sepakbola secara keseluruhan, buku ini tetap haram dilewatkan. Setelah membaca tiga-empat esai dalam Simulakra Sepakbola, saya tahu bahwa prasangka-prasangka itu keliru.
Simulakra Sepakbola adalah buku kumpulan esai yang sukses; ia dapat mengambil hati segala jenis pembaca. Esai-esai di dalam Simulakra Sepakbola unggul secara teknik penulisan. Menurut saya, Simulakra Sepakbola, secara halus dan tak langsung, memaparkan banyak pelajaran tentang menulis esai dengan baik. Saya akan coba menguraikan beberapa pelajaran mengenai penulisan esai yang saya dapat dari Simulakra Sepakbola.