Baru lewat pukul 16.00. Saya telah di rumah sejak Kamis lalu. Kepulangan saya juga disertai dengan tubuh terlanda demam dan flu yang hingga hari ini belum pulih sepenuhnya. Seharusnya saat ini saya mengerjakan satu tugas mata kuliah Hukum Lingkungan. Namun karena mood menulis tugas tak kunjung datang (saya pun lagi tak sehat-sehat amat), daripada saya tidak ada kerjaan, lebih baik saya cerita saja di sini mengenai momen-momen di sekitar pertambahan umur saya (dan saya berjanji kepada diri saya sendiri untuk menyelesaikan tugas itu setelah tulisan ini selesai).
Sepuluh hari lalu saya bertambah umur yang ke 21 (sudah lewat umur 20, apa yang telah saya bikin?). Oci bertambah umur juga pada waktu yang berdekatan (kami hanya beda tiga hari). Hari-hari lewat dengan baik-baik saja. Banyak terjadi hal-hal menyenangkan bahkan: perayaan pertambahan umur dengan Oci; kejutan kue ulangtahun oleh Kelompok Praktek Hukum Pidana saya; dan juri menilai bahwa kelompok Praktek Hukum Pidana kami adalah salah satu yang terbaik.
Dalam waktu semingguan ini, saya juga berhasil mendapatkan beberapa buku yang pula saya anggap suatu kegembiraan dan keseruan tersendiri. Buku-buku tersebut adalah Taxi Blues (komik dengan cerita dari Seno Gumira, tak terlalu mengesankan), Bukan Pasarmalam-nya Pram (sudah selesai saya baca, ini pertama kali saya tamat membaca Pram setelah tak sempat menyelesaikan Bumi Manusia sekitar tiga tahun lalu), Koong-nya Iwan Simatupang (telah selesai saya baca juga), dan Sebuah Kitab yang Tak Suci-nya Puthut EA (belum selesai saya baca, mungkin nanti saya tamatkan). Terakhir, Rabu lalu, alhamdulillah, saya akhirnya berhasil juga mendapatkan buku "Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945" tulisan seorang yang sangat terpelajar, Pak Ananda B. Kusuma. Buku ini memiliki tempat istimewanya sendiri di hati saya. Saya pertamakali mengetahui buku ini pada tahun pertama saya di FHUI, saat itu kami sedang riset tentang dinamika pembahasan mengenai pendidikan saat perumusan UUD 1945 dan buku ini menjadi salah satu referensi utamanya. Sejak saat itu saya selalu ingin memiliki buku ini sebab saya begitu tertarik dengan dialektika pemikiran para Pendiri Bangsa (frasa "the Founding Fathers" terdengar terlalu patriarkik dan falosentrik, bukan?) saat merumuskan Konstitusi. Buku ini beberapa kali ada stoknya di Koperasi Mahasiswa FHUI, namun selalu terlewatkan oleh saya (harganya - kalau tidak salah - Rp. 135.000,00 - selalu tak terjangkau oleh saya).