Pada 31 Juli hingga 18 Agustus 2015 lalu, saya berkesempatan mengikuti suatu helatan keren bernama SeHAMA (Sekolah HAM untuk Mahasiswa) VII yang diadakan oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) – tampaknya saya telah beberapa kali pula menyebut tentang SeHAMA di tulisan-tulisan sebelumnya.
Saat menyiapkan barang-barang yang akan saya bawa ke SeHAMA (peserta SeHAMA tinggal bersama di wisma selama kurang lebih tiga minggu penyelenggaraan SeHAMA itu), karena saya kerap menghabiskan waktu dengan membaca buku, maka tentu saya menyiapkan beberapa buku untuk saya bawa. Saya membayangkan, buku-buku itu nantinya akan saya baca saat malam setelah agenda harian selesai. Waktu itu saya juga berencana untuk menulis tentang materi kelas dan kehidupan harian saat SeHAMA setiap harinya. Rencana ini hanya sukses dijalankan dua tiga hari saja, itu pun di hari-hari awal SeHAMA. Di hari-hari sisanya, rencana ini terus-menerus tak terkejar karena beberapa alasan. Alasan yang sama juga menyebabkan buku-buku yang saya bawa tetap tertinggal di dalam tas, tak kunjung saya baca.