Perkenalkan adik laki-laki saya,
Fajar. Ia
sekarang duduk di kelas 7 SMP. Usianya baru 12 tahun.
Memerhatikan adik yang sedang tumbuh
dan berkembang itu mengasyikkan. Sabtu dua minggu lalu, saya pulang ke rumah.
Kira-kira pukul 12 siang, saya ikut Mama dan Papa pergi menjemput Fajar ke
sekolahnya. “Fajar hari ini ekskul (ekstrakurikuler) teater”, kata Mama. Sampai
di sekolah, kami menunggu barang setengah jam, Fajar belum selesai dengan
ekskulnya. Selesai ekskul, ia menghampiri kami dengan Hilman, seorang temannya,
yang hendak menebeng pulang.
Ketika mendengar bahwa adik saya
ikut ekskul teater, saya sudah berprasangka terlebih dahulu. Pikir saya, teater
macam apa yang bisa anak SMP pentaskan? Pasti bukan teater yang rumit dan
sulit. Paling-paling “hanya” drama atau kabaret lucu-lucuan yang naskahnya tak susah
dan ringan-ringan saja untuk dipahami anak SMP (maafkan saya telah meremehkanmu,
Dik). Saat SMA, kelas saya pernah membuat drama lucu-lucuan untuk keperluan
ujian mata pelajaran kesenian. Saya berpikir, kami yang SMA saja konsep dan kemampuannya
hanya sampai di drama komedi, apalagi anak-anak SMP ini?